Minggu, 07 Juni 2009

Parameter kecerdasan Emosi, hati, atau otak

Kini telah diperkenalkan sebuah parameter baru kecerdasan seseorang yang dinamakan EQ (Emotional Intelligent). Bila selama ini IQ (Intelektual Intelligent) diagung-agungkan sbg kunci kesuksesan seseorang, maka kini asumsi seperti itu hampir tdk berlaku lagi. Karena faktor hanya mempengaruhi 20% keberhasilan seseorang. Dalam sbuah perusahaan IQ memastikan gaji anda, sedang EQ menentukan promosi anda, kata sebuah propaganda tentang ukuran bru ini.
Faktor-faktor penentu diluar otak ternyata memang bnyak jenisnya. Memang kecerdasan dlm arti kemampuan berfikir logis sgt penting, ttpi apa gunanya jika emosi tdk terkontrol? kelompok org demikian biasanya akn mudah menyerah menghadapi kenyataan yg tdk sesuai dg keinginannya. Betapa banyak org-org pintar yg justru frustasi lari keminuman kras dan brsikap gila-gilaan. Termasuk Einstein yg selama ini dianggap sbg simbol org-org berotak berilia, toh tdk dpt hidup scr normal. Ia gampang frustasi tdk peduli dg penampilannya sendiri, bahkan lupa mengurus keluarganya. Orang begini bla bkrja disebuah tim tdk bisa dan karenanya tdk akn menanjak peranannya.
Kenyataan lain menyabutkan, para pemimpim diberbagai penjuru dunia biasa-biasa saja di sekolah. tetapi setelah dewasa ia dpt membawa org-org berada disekelilingnya.
Penemuan memang sgt menarik, krn disamping akn memaksa mereka yg terbiasa berbangga-bangga dg kecerdasannya utk instrospeksi diri jg memberikan dorongan kpd yg lain untuk mempergiat diri dlm berusaha. Tetapi tentu sja bs berakibat sebaliknya sbg alasan utk menghindari tanggung jwb kewajiban.
Prosentase kekuatan faktor EQ yg melibatkan bnyk hal memprgnkan objek anak kcil, ank-ank berusia 4 thn dikumpulkan, kemudian dijanjikan ssuatu yg ckp menarik syaratnya, mrk hrs menunggu beberapa saat hingga sang tutor kembali. ''kalian bs mengambilnya skrg ttpi bila kalian sabar, saya akn memberikan dua sekaligus'', katanya.
Reaksi ank2 itu berbeda ada yg sabar menuggu ada yg langsung mengambil bagiannya ada pula yg mengisi wktunya apa sj hingga tutor datang. Mereka tiduran, bergurau, dg tmn atau menyanyi hingga mrk mendapat dua bagian.
Setelah mrk msuk sekolah menengah, ternyata yampak perbedaanya. Ank-ank yg bersedia sabar, scr umum tampil lbh menonjol, populer, bs mengikuti perkembangan dan mandiri. Mereka lbh memilh untuk mendptkan bagiannya, sekalipun hanya stu tmbh mjd urg gampang frustasi dan cenderung klah bersaing.
Test demikian mmng tdk ada kaitannya dg kemampuan blm bs memprtimbangkan untung-rugi dan kalkulasi yg rumit. Mereka lbh mengikuti kehendak emosinya, atau kt htinya, untuk memilih diam menunggu atau mengambil apa yg tlh disediakan yg diam atau yg tdk sbar, brdasarkn test IQ, memiliki kmamouan otak yg tak jauh berbeda.
Dengan demikian dpt disimpulkan adanya penentuan lain diluar otak manusia yg bs mempangaruhi nasib mereka di kmudian hr, parameter itulah yg oleh para peneliti ini disamakan EMOTIONAL INTELLIGENT . Umat islam biasa menyebuynya hati nurani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar